Artikel

Kisah Inspiratif Putri Asli Bulukumba Mengejar Impian Sampai di U.S.A

[Dari Bulukumba ke United States of America, oleh Andi Junila Aulia]

Advertisement HUMAS PEMPROV SULSEL

TEROPONGSULSELJAYA.Com-, Saya Junila. Lahir dan besar di salah satu kabupaten yang disebut Bulukumba. Letaknya di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian orang mungkin tidak terlalu familiar dengan kota ini. Tetapi setiap kali saya berada dalam suatu forum, saya selalu dengan bangganya menyebutkan asal daerah saya, “dari Bulukumba”.

Saya lahir dari keluarga yang biasa saja. Almarhum bapak saya adalah seorang pensiunan ASN di salah satu instansi di Kabupaten Bulukumba. Beliau memang hanya pegawai biasa yang kemudian bisa menjadi sosok inspiratif bagi saya. Sedang, ibu saya adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Yang setiap harinya menciptakan karakter kuat dalam diri saya. Kedua orang tua saya pun hanya lulusan SMA. Saya terlahir sebagai anak bungsu setelah 2 kakak saya sebelumnya. Walaupun sederhana, tapi kedua orang tua saya mendidik saya dengan sangat baik. Perbedaan usia yang jauh dari kedua kakak saya juga mempengaruhi cara didik orang tua saya. Sejak kecil, saya dilatih untuk bisa mendapatkan apapun yang saya mau dengan usaha saya sendiri. Mungkin itu alasan mengapa saya senang berpetualang. Mulai dari bangku TK saya sudah mulai mengikuti kompetisi yang mengharuskan saya untuk tinggal beberapa hari diluar kota dan tidak bertemu orang tua. Hingga lama kelamaan saya mulai terbiasa dengan ini. Ketika saya ingin lanjut sekolah dari satu tingkat ke tingkat yang lain, saya berusaha untuk bisa lolos melalui jalur prestasi dengan pengharapan bisa membantu orang tua saya. Dan jalan itu terbuka sampai di bangku universitas. Tidak seperti anak-anak lain pada masanya juga, saya baru bisa memiliki smartphone yang itupun “standar” di saat saya sudah berkuliah di Makassar. Itupun hasil dari saya mengumpulkan uang lomba ketika mendapat juara mengikuti kompetisi karya tulis ilmiah.

Teringat waktu saya masih duduk di bangku SMA kelas 1, saat itu saya sedang gemar membuat karya tulis ilmiah dan membutuhkan laptop sebagai pendukungnya. Saat itu almarhum bapak saya memberikan dua pilihan, “mau belajar bahasa inggris di Pare atau beli laptop untuk menulis?”. Ada 2 pilihan berat yang kembali harus saya putuskan saat itu. Alhasil, saya memutuskan untuk membeli laptop dan membulatkan tekad untuk belajar bahasa inggris secara otodidak. Ternyata keputusan berat ini membuahkan hasil yang besar. Dengan laptop tadi, saya sering membuat karya tulis ilmiah dan mengikuti beberapa kompetisi yang membuat saya bisa berkeliling Indonesia. Tidak hanya itu, faktanya notebook berukuran 11.6 inci tadi berhasil membuat saya menamatkan sarjana S1 juga tentunya mendapatkan beasiswa ke Amerika Serikat.

Beasiswa Amerika Serikat? Ya. Beasiswa yang dinamakan YSEALI (Young Southeast Asian Leaders Initiative) ini merupakan salah satu program dari Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Amerika Serikat yang diberikan khusus kepada pemuda-pemudi dari kawasan Asia Tenggara dan Timor Leste. Tujuannya untuk menghasilkan calon-calon pemimpin masa depan Negara melalui program pelatihan, pembelajaran dengan ahlinya, serta pengembangan jejaring antara Negara-negara Asia tenggara dan Amerika Serikat. Untuk mendapatkan beasiswa ini tentunya tidak mudah. Saya pun sangat bersyukur bisa menjadi salah satu yang bisa mewakili Indonesia. Ribuan aplikasi yang datang dari seluruh Indonesia. Kemudian mengerucut menjadi 11 orang ke tahap wawancara. Sampai akhirnya hanya 2 yang berhasil lolos dari Indonesia bagian Timur termasuk saya.

Apakah jalannya semudah itu? Tentu tidak. Melihat saya yang sangat berusaha ketika ingin mendapatkan sesuatu, tentunya ditemani oleh banyak ujian yang terkadang ingin membuat saya menyerah. Seperti di tahun 2020 kemarin, saat saya sudah ingin berangkat ke Amerika pandemi COVID-19 terjadi. Seketika semua rencana yang sudah disiapkan harus ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan saat itu. Dua tahun dilewati dengan program virtual. Dengan zona waktu yang berbeda jauh, terkadang mengharuskan saya untuk belajar di tengah malam bahkan sampai subuh. Namun, tentunya ini tidak menjadi penghalang saya untuk berhenti. Hingga akhirnya di awal tahun 2022, kepastian program offline itu datang. Dan membawa saya di bulan Mei kemarin mengunjungi salah satu Negara destinasi dunia, Hawai’i.

Dalam program ini, akhirnya saya bisa bertemu dengan rekan-rekan yang selama ini hanya terlihat di balik layar laptop masing-masing. Juga dalam kesempatan ini, saya bisa bertemu dengan President dari lembaga East West Center, lokasi program saya berlangsung. President Suzy merupakan pemimpin pertama perempuan dan berdarah asli Hawai’I yang berhasil mengabdi di East West Center. Dalam pidatonya, beliau mengatakan bahwa tempat kami berada saat itu adalah tempat dimana seorang bapak Barrack Obama bermain saat kecil. Siapa sangka beberapa tahun kemudian beliau menjadi Presiden Amerika Serikat. Lanjut kata Beliau, dan hari ini di tempat ini tepat di hadapan saya ada calon-calon pemimpin masa depan yang akan lahir dalam beberapa tahun kemudian.

Dari pidato president Suzy saat itu, kembali menyadarkan saya untuk percaya pada diri saya sendiri. Untuk percaya dengan usaha-usaha saya yang nantinya akan membuahkan hasil besar. Menjadi salah satu pemimpin muda dari Negara saya, khususnya dari tanah kelahiran saya Kabupaten Bulukumba, mewakili Negara merah putih mengunjungi Amerika Serikat dan bertemu dengan perwakilan dari Negara lain membuat saya berterima kasih luar biasa kepada Tuhan, orang tua, dan keluarga kecil saya. Tanpa mereka, saya tidak mungkin bisa seperti sekarang. Tanpa didikan almarhum bapak, juga ibu saya saat itu, saya mungkin tidak bisa berada di Amerika Serikat saat ini.

Jika ditanya apa mimpi besar saya nantinya? Saya hanya ingin kembali ke tanah kelahiran saya, mengabdikan segala ilmu yang sudah saya dapatkan, dan bekerja dengan orang-orang lokal di sekitar saya.

Di hari ini, tepat di umur saya yang sudah menginjak 25 tahun, saya ingin berterima kasih kepada Almarhum papi saya di atas sana, mami saya yang luar biasa hebatnya, serta kakak-kakak saya yang tidak hentinya menyemangati dan mendukung mimpi-mimpi saya sampai saat ini. Terima kasih karena telah membentuk seorang Andi Junila Aulia.

Advertisement MEWUJUDKAN KABUPATEN LUWU YANG MAJU SEJAHTERA DAN MANDIRI DALAM NUANSA RELIGI
Close