OPINI,-TEROPONGSULSELJAYA.Com- Dalam salah satu mimpi Muhammad
Qasim tahun 2015, Allah ﷻ berfirman,
“Qasim, Aku akan memenuhi semua janji-janjiku dalam 13 tahun ke depan, (yaitu) janji yang Aku telah buat denganmu.”
Mesiah Nabi Terakhir
Nabi Muhammad SAW yang telah ditunggu2 oleh para Rahib dan pendeta Nasrani serta umat Manusia ketika awal bitsah nya, beliau tidak diterima oleh kerabat dan lingkungannya, hampir *13 tahun lamanya* sebelum hijrah.
Ketika bertahanuts di Gua selama beberapa hari di atas bukit Hirah kemudian bertemu dengan “Namus” istilah Waraqoh bin Naufal paman Istri Nabi, yang kemudian Nabi mengatakan bahwa ia adalah utusan Alloh Jibril AS.

Pada kurun 3 tahun pengabaranya kepada kaum kerabat terdekatnya secara sembunyi-sembunyi, hanya sedikit dari mereka yang percaya dan menerima dakwah Nabi. Dengan berbagai *alasan logika* mereka dan sangat manusiawi pada saat itu.
Apalagi ketika Nabi mulai secara terang terangan mengajak kaum kerabatnya dengan mengumpulkan dalam satu perjamuan hadir disana paman-paman, kerabat dekatnya.
AL-AMIN 14 ABAD LALU & AL-AMIN ABAD 21.
Mengawali ajakan nya Nabi SAW mengatakan: “bila saya mengabarkan sesuatu yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat apakah hadiri percaya?”, mereka menjawab:” kami percaya, Anda sejak dulu, dan kami tidak salah menjuluki mu “Al Amin” (orang yang jujur). Nabi mengulangin lagi pertanyaan serupa kepada para undangan, mereka serempak menjawab: “percaya!!”, kemudian salah satu dari pamannya pun menguatkan dengan mengatakan; saat ini pun, bila dibalik gunung sana dari tempat kami sekarang, Anda katakan ada sekelompok pasukan yang akan menyerang pertemuan kita ini, maka kami akan percaya kepadamu, karena Anda adalah orang jujur.
*SAAT BERSINGGUNGAN DENGAN ZONA NYAMAN KEYAKINANNYA, ORANG TIDAK LAGI MELIHAT GELARNYA (AL-AMIN)*
Kemudian Nabi mulai mengajak seluruh undangan dengan mengatakan, baiklah akan saya sampaikan berita yang akan menyelamatkan manusia dari panasnya api neraka kelak di akhirat dan akan mengangkat derajat kehidupan di dunia, Nabi mengucapkan “Ashadu ala ilaa ha illa lloh, wa asyhdu anna Muhammadan Rasulullah” pada saat itu pertemuan bubar dan bercerai berai, sumpah serapah dan cacian yang muncul kepada Nabi dan pengikutnya, mereka berteriak Nabi telah meninggalkan ajaran kepercayaan kaum Quraisy.
*BERBAGAI UJIAN BERAT & YANG MENINGGALKAN NABI*
Dan pada saat itu Dakwah Nabi mengalami cobaan, sampai Nabi Hijrah ke Yasrib.
Pasang surut pengikut Nabi ada yang kepercayaanya luntur karena siksaan atau hinaan kaum Quraisy. Ada juga yang masih ragu akan Nabi.
Satu peristiwa Isra dan Mikraj telah menjadi pelajaran berharga serta penguji kepercayaan terhadap Nabi, banyak yang mundur kembali kepada berhalanya, dan tidak percaya atas kenabian Muhammad SAW. Hikmah masa 13 tahun yang sangat lama sehingga banyak yang *tidak sabar terhadap Janji Alloh SWT* akan memenangkan Dakwah Islam, dan hanya Alloh SWT sebaik-baik perencana. Hasbunnallohu wanikmal wakil, nikmal maula wa nikman nashiir.
Menjadi pertanyaan kita pada hari ini, setelah membaca kisah Nabi di atas, seandainya kita ditakdirkan hidup pada zaman itu, antara tahun 610M – 622M, *apakah kita akan percaya kepada Nabi, orang yang tidak sekolah “ummi” seperti kita yang punya pendidikan ;*,
1). ia menyampaikan sesuatu yang berbeda dengan tafsiran para alim ulama saat itu,
2). Tetapi ia jujur, sangat jujur, dan segala beritanya hal yang sangat luarbiasa, menyamai khasanah ayat-ayat Injil, Taurat dan Kitab lainnya, misal satu ketika Nabi bertemu dengan Addas di Thaif, karena Nabi mengucapkan Bismillah saat makan, Addas sangat heran, takjubdan mengatakan “sungguh kata-kata itu belum pernah diucapkan oleh penduduk Thaif, Nabi bertanya:” siapa nama mu, dari mana asalmu, apa agamamu, Addas menjawab:” saya Addas, agama Kristen, asal dari Ninawa”. Nabi menimpali, ” Kamu berasal dari negeri laki-laki Shalih Yunus bin Matta”, Addas menimpali:” Bagaimana Anda tahu tentang Yunus bin Matta?, Nabi menjawab:” ia adalah saudaraku, Ia seorang Nabi, dan aku juga seorang Nabi”.
Bagaimana kita menggunakan akal yang sehat yang hidup pada zaman kekinaian, millenium 2021, pada fenomena luarbiasa tentang pengabaran dari Muhammad Qasim bin Abdul Karim dengan pengkhabaran dari ” Al Mubasyirat” yang tidak bertentangan dengan Hadis Nabi dan Al Quran, apakah kita akan menyerahkan akal dan hatinurani kepada penafsiran orang lain yang hanya memutar2 logika material saja dan logika akal saja? Sementara Sahabat Bilal bin Rabah RA, Sumayyah RA, para budak lainnya yang notebene bukan orang dengan pendidikan tinggi tetapi mereka sangat percaya pada awal-awal dakwah sebelum Hamzah RA, Umar RA dan beberapa orang Sahabat cendekiawan menyambut dakwah Nabi Muhammad bin Abdullah. Hikmah ini harus menjadi pelajaran yang sangat penting dalam mendalami “Mubasyirat” Muhammad Qasim.
Kita selalu memohon dan berdoa kepada Alloh SWT agar selalu dibimbing dalam urusan ini, 13 tahun sejak tahun 2014 maka 7 tahun sudah berlalu, hanya sedikit sekali manusia yang menyambut dari kalangan awam dan mulai sedikit dari cendekia, semoga Alloh SWT menggenapkan sebabnya, *sehingga genap 13 tahun setalah pengabaranya Muhammad Qasim* mendapat pertolongan dari Alloh SWT, seperti 1400 tahun yang lalu Rasulullah didatangi penduduk Yasrib untuk menjadi penolong dan menjadi titik kulminasi janji-janji Alloh SWT. Semoga demikian kepada Sayyid Muhammad Qasim bin Muhammad Abdul Karim.
Wallohu A’lam.
Al fakir