KAB LUWU, TEROPONGSULSELJAYA.com, – Di Dusun Kombong, Desa Tiromanda, Kecamatan Bua, aliran irigasi yang mestinya menjadi sumber kehidupan petani kini berubah wajah. Air yang seharusnya mengalir jernih, menyejukkan, dan menumbuhkan padi di sawah, kini keruh berwarna coklat pekat, menyeret plastik, balok kayu, hingga sisa kotoran rumah tangga.
Jum’at, (22/08/25).
Semua itu terpotret jelas dalam sebuah video berdurasi 30 detik yang beredar luas di WhatsApp. Dari satu grup ke grup lain, rekaman itu menyebar, memperlihatkan irigasi berwarna coklat pekat yang membawa sampah, serta seorang warga yang membersihkan tumpukan kotoran di jembatan tersumbat.
Bukan hanya gambar yang berbicara, dengan nada kesal seorang warga dalam bahasa daerah terdengar lantang, seolah menumpahkan kekecewaannya yang sudah lama terpendam.

Tak berhenti di situ, rekaman lain sepanjang satu menit lebih memperlihatkan sampah berserakan di badan jalan yang di angkut warga hingga memperdengarkan desakan warga agar pemerintah desa segera bertindak.
“Kami warga Dusun Kombong tidak mau jadi pembuangan sampah. Harap segera ditindaklanjuti,” ujar seorang warga dengan nada penuh kekecewaan.
Ancaman pun sempat terlontar. Jika ini terus-terusan dibiarkan, warga berniat menumpuk sampah yang lebih besar di badan jalan.
“Jangan marah kalau kami balas menumpuk sampah di jalan. Jangan lewat sini. Kasihan kami, terutama petani yang selalu jadi korban karena sawahnya tertutup sampah,” ungkapnya.
Diketahui, pembuatan video itu terjadi pada Rabu (20/08/2025) sore dan langsung menyebar ke berbagai grup WhatsApp. Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya saat dikonfirmasi awak media, ia mengaku mendapat video tersebut dari grup pribadinya dengan status sudah diteruskan berkali-kali pada Kamis (21/08/2025), sebelum akhirnya ia unggah kembali di status WhatsApp miliknya.
Sumber lain yang dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp juga mengaku tak menyangka bahwa video yang pertama kali diunggah pemiliknya pada Rabu sore itu begitu cepat tersebar luas.
“Iya benar, video dibuat pada hari Rabu sore dan langsung diunggah hingga beredar luas,” ujarnya singkat.
Kemarahan warga tentu bukan tanpa alasan. Irigasi adalah urat nadi pertanian. Sekali tersumbat sampah, sawah-sawah tak lagi terairi, hasil panen terancam, dan perut warga desa ikut terhimpit . Namun yang lebih menyakitkan, setiap kali banjir sampah-sampah menutupi sawah hingga merasa pemerintah desa justru menutup mata.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Desa Tiromanda. Sementara keresahan warga terus menyebar, seiring video protes yang semakin luas peredarannya.
Di balik semua itu, ada pesan moral yang menggelitik nurani: sampah yang kita buang sembarangan tak pernah benar-benar hilang. Ia akan kembali, menyeret masalah lebih besar, bahkan mengancam kehidupan sendiri. Irigasi yang mestinya jadi sumber harapan, kini justru menjelma jadi cermin kepedulian yang retak.
***red/kurty***











