Opini

2024 Pemilu Terakhir di Pakistan dan Indonesia & Selamat Datang Sosok Pemimpin Mulia

Oleh: dr.H.Jaya Mualimin

Advertisement HUMAS PEMPROV SULSEL

OPINI, Pendahuluan
Berdasarkan kosa kata, Demokrasi berasal dari kata Demos yang artinya rakyat dan Cratos yang artinya kekuasaan. Sehingga secara harfiah pengertian demokrasi adalah kekuasaan di tangan rakyat.

Tahun 2024 dipastikan sebagai akhir masa panjang sistem demokrasi, bahwa pemilihan umum di bulan Februari ini manjadi saksi terakhir kekuasan rakyat berganti dengan kekuasan Tuhan.

Kilas balik sejarah awal mula perubahan panjang. Politik Islam selalu menjadi isu polemik yang panjang diawali terjadinua pembunuhan khalifah Umar, Usman, Ali dan transisi kekuasaan Umayah.

Sayidina Hasan bin Abi Thalib RA menjadi penolong saat-saat fitnah panjang dan sangat kritis melalui “Aam Jamaah” tahun perdamaian pada 41H/ 661M, memberi kekuasan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Bermula Khalifah terus berganti dan bergulir sampai pada titik akhir runtuh bani Ustmani Turkie tahun 1924, disebut sebagai The sick man “Tukiye” awal demokrasi kolonialisme di wilayah yang terbagi-bagi sebagai simbol “Imperialisme modern”.

Awal tahun 2000 bermula mulai menggeliat kuat, seorang Samuel Huntington telah menggambarkan Civil Polarization sebagai Megatrand 2000, dunia mengelompokan Islam versus Kapitalisme, sehingga dalam kurun 100 tahun Islam menjadi agama tertuduh dan terror, isu ini terus banyak negara-negara Islam menjadi korban, walapun pada saat ini Amerika dan Eropa mulai berubah, titik kulminasi terjadi pada tahun 2024 (genap 100 tahun).

Sabda Nabi SAW:
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang memperbarui untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka.” (HR Abu Daud)

Hadis ini sangat historis dalam tradisi kehidupan umat Islam dan menjadi guidence para ulama dan cendekia, fukhaha, beberapa Ulama seperti Imam Syafi’i, dan Umar bin Abdul Aziz, menjadi icon masa klasik Islam, sampai ulama-ulama kontemporer Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Hasan Al Banna, Hasyim Asy’ari, Jamaluddin al Afgani, Muhammad Iqbal, Maulana Saad Kandahlawi, telah terukir dalam kancah sejarah kontemporer.

Umur umat Islam

Pada 1500 Hijriah tahun berjalan, maka umat menunggu Mudjadid/pembaharu itu, setalah 100 tahun sistem demokrasi ala barat dipaksakan negara imperialis modern.

Hadis Nabi SAW:
Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan kaum Muslimin, Yahudi, dan Nasrani adalah seperti seseorang yang menyewa suatu kaum agar bekerja hingga malam. Maka kaum tersebut bekerja hingga tengah hari dan mengatakan, ‘Kami tak butuh kepada upahmu.’ Lalu, orang tersebut mengupah kaum lainnya dan berkata, ‘Lanjutkanlah waktu yang tersisa dari hari ini dan kalian akan mendapat upah yang kusyaratkan.’ Maka, mereka pun bekerja hingga tiba waktu sholat Ashar dan berkata, ‘Jerih payah kami untukmu (tidak minta upah).’ Kemudian, orang tersebut menyewa kaum lainnya dan kaum tersebut bekerja mengisi sisa waktu hari itu hingga tenggelam matahari dan mereka mendapat upah sebanyak upah kedua kaum sebelumnya.” dalam interpretasi ini Pendapat Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi. “Umur dunia itu hanya 7.000 tahun. Nabi SAW sendiri diutus pada akhir-akhir seribu yang keenam. (Maksudnya berarti separuh kedua darinya, sekitar tahun ke-5.500. Berarti umur umat Islam lebih dari 1.000 tahun dan kurang dari 1.500 tahun).”

Matinya Demokrasi
Seiring dengan akhir masa demokrasi mengalami pembusukan/decay, seperti pepatah semua pasti ada masanya. Memasuki abad milenial ini dengan peradaban budaya post-modern/post-truth (fatsunya: pasca kebenaran adalah ketidakbenaran yang dibiasakan sehingga menjadi kebenaran relatif), budaya permisif yang timbul menyebabakan nilai-nilai moral dan etika tidak dapat menopang prinsip demokkrasi itu sendiri, demokrasi cenderung mengalami decay (busuk) dan menjadi kekuasan tidak terbatas.

Lembaga-lembaga supermasi hukum dunia demokrasi mandul, PBB, Amnesty International, Mahkamah Dunia semua tidak berfungsi. Ketidakadilan dan keserakahan dimana-mana.

Sistem demokrasi telah menciderai rakyat. Penjaga demokrasi terjumus dalam keserakahan sumber daya dan kerakusan kekuasan. Pergolakan sipil di masyarkat Amerika dan Eropa menjadi penguat rusaknya demokrasi, dan tidak terkecuali di negara-negara yang notabene rakyatnya beragama.

Kekuasaan dan hegemoni serta dominasi barat telah menjadi konsep sistem kenegaraan korup dan otoliterian.
Bertahun-tahun sistem ini dinikmati sebagian besar masyarakat dunia tetapi dengan berjalannya waktu, sistem ini berubah menjadi alat kekuasaan. Budaya kebohongan dan gimmick kehidupan hal yang biasa dalam sistem demokrasi, padahal tujuan awalnya adalah mensejahterakan.

Pemelihan Umum terakhir

Belajar pada sistem demokrasi di Pakistan, sistem negaranya republik dikepalai Presiden tetapi kepala pemerintahan diketuai Perdana Menteri yang dipilih Parlemen.
Pada bulan ini ada Pemilihan Umum untuk memilih Parlemen.

Pemilu Pakistan mulanya akan digelar dibulan Oktober 2023 tetapi karena banyak faktor maka diundur 10 FebruarI 2024, bersamaan Indonesia. Ada kemiripan sistem kenegaraan Indonesia dengan Pakistan, tetapi ada dinamika berbeda terutama setelah pasca reformasi, Presiden sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan. Presiden Pakistan sebagai kepala negara dan Perdana Menteri dipilih Parlemen.

Keunikan Pemilu 2024 di Pakistan

Kontestasi pemilu di Pakistan dengan 14 Partai Politik, Partai terbesar adalah Tareek Insyaf (PTI) ketua Imran Khan, partai kedua adalah PML ketua Nawaz Syarif Pakistan Moslem Leage (PML) dan Bilawal Zarzari Benazir Butto dari PPP, ketiga pimpinan partai terkenal. Mereka bertarung dalam pemilihan bulan ini.

Keunikannya ketiganya tidak ada yang menjadi Perdana Menteri/PM disebabkan karena kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh penguasa pemerintahan, calon PM Nawaz Syarif akan menjadi korban pembunuhan. Inilah awal kekacauan yang melanda negeri Muhammad Iqbal.

Mimpi Muhammad Qasim
Pada 05 April 2018. “Pelengseran dan Pembunuhan Nawaz Sharif, Mantan PM Pakistan” Dalam mimpi ini, aku (Qasim) melihat Nawaz Sharif, calon PM Pakistan, telah dilengserkan lalu Nawaz mengadakan pertemuan besar-besaran di seluruh tempat di Pakistan dan berdemo dengan slogan terkenalnya: “Mujhekiyu Nikala” yg berarti: “Kenapa kalian melengserkan saya?” “Ini adalah ketidakadilan dan ini bukanlah cara kalian menjalankan sebuah negara! Saya diserang melalui makar/ perancangan matang namun saya tidak akan menyerah!”

Perang Dunia ke-3 sebagai Faktor luar
Perang dunia ini yang akan menjadi faktor luar yang utama semua negara akan terdampak dan akan mempengaruhi kondisi semua negara termasuk Pakistan negara Nuklir di Asia. Kondisi sosial dan militer di Timur Tengah, Rusia semakin tajam dapat terjadi perang dunia ke-3. Pakistan akan diungkit isu bilateral konflik Kashmir versus India sehingga perang meluas ke kawasan Pakistan, negara tidak mampu mengendalikan situasi dan terjebak dalam konflik perang.

Pemilu di Indonesia dan Pakistan Mirip

Kejadian ini juga terjadi di Indonesia, ada banyak kejadian dari proses pemilihan, kampanye dan pada proses pemungutan suaranya, ada potensi yang menyebabkan ketidakpuasan masyarakat pemilih dari tiga pasang calon presiden/wakil presiden. Potensi ini bisa menjadi konflik horisontal yang tidak berkesudahan. Seiring dengan keadaan dunia yang tidak menentu bisa terjadi perang dunia ke-3 dan mengubah semua tatanan dunia sekarang menjadi sistem dunia baru. Kontestasi politik Pakistan berbeda dengan Indonesia.

Kemuculan Seorang Pemimpin
Muhammad Qasim sebagai pemimpin Pakistan setalah kegagalan pemilu, dalam situasi yang genting Muhammad Qasim ditunjuk oleh Kepala Militer untuk memimpin. Seperti di Pakistan, maka Indonesia kemungkinan kejadian persis sama ketika kegentingan terjadi pasca pemilu ada akan pemimpin yang muncul dari rakyat dari keturunan mulia, walaupun penulis tidak punya literasi, refrensi, tetapi ada keyakinan kuat penulis bahwa pasti ada seorang pemimpin yang muncul, dalam mimpi Muhammad Qasim pun disinggung bahwa Indonesia bergabung bersama koalisi besar Islam. (Siapa kah dia wallahu a’lam).

Penutup
Selamat tinggal demokrasi, selamat tinggal pemilihan umum. Selamat datang pemimpin mulia, Selamat datang Satrio Pinangit, pimpin kami menuju Indonesia Emas.
Menuju kepemimpinan koalisi besar Pakistan, Indonesia, Malaysia, Brunai, Banglades.

Wallau a’lam bissawab

Al fakir

Oleh: dr.H.Jaya Mualimin

Advertisement MEWUJUDKAN KABUPATEN LUWU YANG MAJU SEJAHTERA DAN MANDIRI DALAM NUANSA RELIGI

Related Articles

Close