KAB LUWU, TEROPONGSULSELJAYA. com,-25 Juni 2025 ,Setiap musim tanam tiba, petani di Dusun Tameng, Desa Tiromanda, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, harus berjibaku dengan alat seadanya untuk mengalirkan air dari Sungai Salu Tibak ke sawah mereka. Tanpa dukungan bendung permanen, warga setempat memilih bergotong royong membuat bendung darurat dari tumpukan karung pasir, batu, dan batang kayu.
Kegiatan gotong royong ini telah menjadi tradisi rutin yang dilakukan secara swadaya oleh petani di awal musim tanam. Dengan peralatan sederhana dan semangat kebersamaan, para petani berharap air dari sungai bisa tertahan dan dialirkan ke saluran irigasi yang menuju lahan pertanian mereka.
“Kami tidak punya pilihan lain. Kalau tidak buat bendung sendiri, sawah tidak teraliri,” ujar Anwar, petani yang sudah belasan tahun menggarap sawah di wilayah itu.

“Setiap musim tanam tiba kami kerja bersama-sama bangun bendungan darurat, walau hanya bertahan beberapa bulan.”tambahnya.
Menurut Bapak Sifa, petani lainnya, proses pembuatan bendung sementara itu memakan waktu satu hingga dua hari, tergantung kondisi sungai. Namun, bendungan ini rentan rusak, terutama jika hujan deras mengguyur atau debit air sungai meningkat tajam.
“Kami tahu ini tidak ideal, tapi inilah satu-satunya cara agar air bisa masuk ke sawah. Kalau tidak, tanam padi jadi sia-sia,” ujarnya.
Meski penuh keterbatasan, semangat gotong royong petani Dusun Tameng menjadi gambaran nyata tentang ketahanan dan solidaritas warga desa dalam menjaga ketahanan pangan. Namun mereka tetap berharap agar pemerintah bisa segera membangun bendung permanen di Salu Tibak.
“Kalau ada bendung yang baik, kami tidak perlu kerja ulang tiap tahun. Energi bisa dialihkan untuk hal lain. Panen pun bisa lebih terjamin,” tutur Anwar.
Masyarakat berharap, upaya mandiri yang dilakukan ini bisa membuka mata pihak berwenang bahwa infrastruktur pertanian yang layak sangat dibutuhkan, bukan hanya untuk kenyamanan petani, tetapi juga demi keberlangsungan pertanian di daerah tersebut.
***syam***











