KAB LUWU, TEROPONGSULSELJAYA.com, – Warga Dusun Baloa, Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, akhirnya melawan. Senin subuh, 15 September 2025, mereka memblokir jalan umum yang setiap hari dipenuhi kendaraan raksasa milik PT Masmindo Dwi Area.
Aksi itu dipicu insiden serius: kabel listrik rumah warga putus usai tersangkut kendaraan perusahaan. Percikan api menyambar dan nyaris membakar rumah. “Untung saja kami baru selesai salat subuh, kalau tidak, habis sudah rumah,” tegas seorang warga.
Ironisnya, peristiwa berbahaya ini bukan kejadian tunggal. Sudah berulang kali kendaraan tambang merusak jaringan listrik dan fasilitas umum, namun perusahaan tetap beroperasi seakan-akan keselamatan warga hanyalah angka yang bisa diabaikan.

Poster protes warga menggambarkan rasa muak mereka: “Kabel listrik putus dan terbakar, nyawa dan harta benda kami jadi taruhannya.” Poster lain menampar keras arogansi perusahaan: “Kami masyarakat Dusun Baloa tidak terima mobil perusahaan lewat yang menimbulkan kerusakan tanpa tanggung jawab.”
Warga menilai PT Masmindo Dwi Area bukan hanya lalai, melainkan abai secara sistematis. Jalan rusak dibiarkan, listrik putus dianggap remeh, dan ancaman terhadap keselamatan jiwa tidak pernah ditindaklanjuti. Diamnya perusahaan ketika dikonfirmasi hanya mempertegas sikap tak peduli terhadap penderitaan masyarakat.
Sementara itu, salah satu perwakilan PT Masmindo, Rahmat, ketika dimintai tanggapan melalui pesan singkat WhatsApp hanya menyampaikan penyesalan secara singkat.
“Jujur saya menyesalkan kejadian ini, seharusnya bisa diantisipasi sehingga tidak terjadi. Mohon maaf kepada warga yang terdampak, dan ini dievaluasi sehingga tidak terjadi hal yang sama ke depan,” ujarnya.
Namun, pernyataan maaf itu disampaikan secara tertutup dengan catatan tidak untuk dipublikasikan. Hal ini justru semakin mempertegas kesan bahwa perusahaan hanya berusaha meredam masalah, tanpa komitmen transparan maupun solusi nyata di hadapan publik.
Lebih parah lagi, aparat pemerintah dan kepolisian terkesan tutup mata. Padahal jelas-jelas ada potensi kebakaran besar dan ancaman nyawa. Pertanyaannya: sampai kapan rakyat harus jadi korban demi kelancaran tambang emas? Apakah keselamatan warga lebih rendah nilainya daripada roda bisnis perusahaan?
Selama pemerintah dan aparat tidak bertindak tegas, aksi blokade warga bisa menjadi alarm keras bahwa kesewenang-wenangan perusahaan sudah melewati batas.
***kurty***











