Menu

Mode Gelap
Belopa Run 2025, Momentum Gairahkan Semangat Olahraga dan Ekonomi Lokal MDA Gelar Latihan Bersama Kesiapsiagaan Bencana di Luwu. Remaja di Walenrang Tewas Tersengat Listrik di Dalam Kamar MDA dan Pokja Lanjutkan Forum Desa di Enam Desa lingkar tambang dan jalur akses. Kunjungi Korban Bencana Angin Kencang di Kelurahan Lamasi, Dhevy Janjikan Bantuan Pembangunan RLH Kabupaten Luwu Resmi Memiliki Pengurus IBCA MMA – INDONESIA BELADIRI CAMPURAN AMATIR

Opini

KOLABORASI YANG MENGHIDUPKAN: CERITA RELIMA DAN PERPUSTAKAAN DI BULUKUMBA

badge-check


					KOLABORASI YANG MENGHIDUPKAN: CERITA RELIMA DAN PERPUSTAKAAN DI BULUKUMBA Perbesar

OPINI,-TEROPONGSULSELJAYA.Com- Bagi saya sebagai Relima Bulukumba, kemerdekaan bukan hanya tentang bebas untuk melakukan hal apapun.Bagi saya kemerdekaan yang sesungguhnya, adalah ketika kita mampu untuk berbagi, belajar dan berkarya bersama. Keyakinan inilah yang melandasi kolaborasi baik yang kami lakukan dengan beberapa pengelola perpustakaan yang ada di Bulukumba ada beberapa perpustakaan diantaranya rumah baca pinisi Nusantara 1986 bulukumba, rumah belajar dan bermain kalumeme, rumah literasi zam-zam, tanda baca,TK Insan Madani dan BAZNAS Bulukumba.

Kolaborasi ini untuk menghadirkan ruang kolaborasi yang menghidupkan banyak kehidupan. Salah satu wujudnya adalah kegiatan “Berbagi Rasa Merdeka”. Kegiatan ini adalah kemerdekaan yang sesungguhnya bagi kami kemerdekaan kami rayakan dengan cara yang berbeda bagi kami merdeka bukan hanya dihargai dengan huru hara dan lomba, tetapi juga melalui rangkaian aktivitas yang menyalakan semangat belajar. Ada lapak baca yang mempertemukan anak-anak dengan buku-buku cerita. Ada sesi mendongeng yang membuat mata mereka berbinar dan larut dalam imajinasi. Ada juga donasi buku, sebagai tanda bahwa kemerdekaan berarti berbagi akses pengetahuan.

Tidak berhenti di situ, Relima dan pengelola perpustakaan menghadirkan bincang buku yang mempertemukan anak muda dan orang dewasa untuk saling bertukar gagasan. Anak-anak kecil pun tidak ketinggalan, mereka ikut larut dalam permainan edukatif dan kegiatan mewarnai, di mana tawa dan warna-warni kertas menjadi simbol kebebasan untuk mengekspresikan diri.

Kegiatan itu sederhana, namun dampaknya terasa kuat. Perpustakaan yang dulunya sepi kini menjadi tempat pertemuan. Anak-anak mulai menantikan waktu untuk Kembali keperpustakaan membaca dan bermaian yang pada akhirnya membuat perpustakaan tidak hanya menjadi tempat ratusan buku tersimpan tetapi membuat anak-anak juga hadir bukan hanya membolak balikkan buku tetapi mereka belajar sambil bermain dengan gembira. Orang tua merasa lebih dekat dengan dunia literasi anak mereka. Para pengelola perpustakaan pun merasakan semangat baru mereka tidak lagi berjalan sendiri, karena ada Relima yang menguatkan dan menyalakan semangat kolaborasi.

Cerita-cerita kecil lahir dari Gerakan kolaborasi ini. Seorang anak yang awalnya pemalu yang untuk bercerita dengan teman sebayanya masih sangat malu, kini berani bercerita di depan kawan-kawannya, ia mulai menceritakan apa yang ia dapatkan dan ia rasakan bagaimana ia bergembira karena menemukan ruang berekpresi. Seorang ibu dengan bangga menyumbangkan buku bacaan bekas agar bisa dinikmati anak lain. Para pemuda mulai bermimpi membuat program lanjutan agar perpustakaan menjadi lebih hidup. Semua itu lahir karena ada ruang yang memberi kesempatan, dan ada tangan-tangan yang terbuka dan saling bergandengan untuk berjalan bersama.
Relima Bulukumba percaya, kolaborasi adalah kekuatan untuk tumbuh bersama. Dengan kolaborasi, perpustakaan tidak lagi sekadar tempat menyimpan buku, melainkan ruang kehidupan tempat anak-anak menyalakan imajinasi, pemuda menumbuhkan gagasan, dan masyarakat merajut kebersamaan. Perpustakaan menjadi tempat belajar dan menghasilkan karya terbaik.

Gerakan kolaborasi ini menunjukkan bahwa kemerdekaan paling indah adalah ketika kita merayakannya dengan saling menguatkan, menyalakan semangat belajar, dan menghidupkan harapan. Karena sejatinya, ketika kita memilih berkolaborasi, kita sedang merayakan kehidupan. Kemerdekaan yang paling indah adalah ketika kita tumbuh bersama dan menyalakan cahaya bagi orang lain.

Oleh :
BASMAWATI HARIS
RELAWAN LITERASI MASYARAKAT (RELIMA) KAB BULUKUMBA

Baca juga

Mendidik dalam Bayang Kekuasaan: Mengapa Rakyat Cerdas Sering Dianggap Ancaman”

23 Oktober 2025 - 12:03 WITA

Di Bawah Kabel Tegangan Tinggi, Negara Diam — Rakyat Dibiarkan Hidup Dalam Ketakutan

11 Oktober 2025 - 10:48 WITA

Liefta Afrilia Putri Mahasiswi dan Aktivis di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir Gelar Diskusi: Perkuat Konsolidasi Diaspora dan Mahasiswa Indonesia di Mesir

17 September 2025 - 08:23 WITA

Winter Is Coming: Politik Ketidakadilan dan Krisis Kepercayaan Publik

2 September 2025 - 14:09 WITA

Kisah Tragis Raya, Balita 4 Tahun yang Kalah Melawan Ribuan Cacing

21 Agustus 2025 - 09:50 WITA

Trending di Opini