Opini

Belajar Dari Adas Pekerja Kebun Di Thaif Terhadap Wahyu Nabi SAW

Oleh: Dr.H.Jaya Mualimin

Advertisement HUMAS PEMPROV SULSEL

OPINI,-TEROPONGSULSELJAYA.Com- Belajar Dari Adas Pekerja Kebun Di Thaif
Kota Thaif menjadi saksi sejarah, terletak sekitar 75 mil dari Makkah di sebelah tenggara, Kota Thaif menawarkan sejarah dimana Rasulullah SAW sendiri pernah berdakwah di kota ini. Kota ini dikenal sebagai rumah bagi suku Tsaqif atau Bani Tsaqif, suku yang menjadi saksi dari perjalanan dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW.

Kedatangan Rasulullah SAW ke Kota Thaif bertujuan untuk menyampaikan dakwah dan memohon perlindungan kepada suku Tsaqif dari tekanan yang beliau terima di Makkah.

Kedatangan Rasulullah SAW ke Kota Thaif untuk berdakwah bisa jadi disebabkan karena Kota Thaif merupakan pusat kekuatan dan kepemimpinan yang kedua setelah Makkah atau sebab paman-paman beliau berasal dari Bani Tsaqif.

Setelah tiba di Kota Thaif, Rasulullah SAW kemudian menemui tiga pembesar Bani Tsaqif, yaitu Mas’ud, Abdu Yalail, dan Habib. Beliau duduk bersama mereka dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah SWT.

Ternyata, Rasulullah SAW justru menghadapi penolakan yang sangat keras dari suku Tsaqif. Mereka menghina Rasulullah, membujuk orang-orang bodoh dan budak-budak mereka untuk meneriaki beliau, kemudian melempari beliau dengan batu.

“Zaid bin Haritsah, seorang sahabat yang menemani Rasulullah ke Kota Thaif, sudah berusaha melindungi beliau dari lemparan batu. Namun, batu tersebut tetap mengenai tubuh Rasulullah hingga berdarah-darah,”

Rasulullah SAW bersama Zaid kemudian duduk beristirahat di bawah pohon kurma dalam keadaan menderita. Ternyata, apa yang ditemuinya di Kota Thaif jauh lebih berat daripada yang diterimanya dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah.

Adas seorang Nasrani

Adas seorang Nasrani, ia bukan penduduk asli, bukan dari suku Arab, iaberasal dari kota Ninawa (lebih dekat di daerah Irak). Ia belum dikenal luas dalam sejarah Islam, Ia sudah lama bekerja di kebun milik orang Arab di daerah Thaif yang sejuk dan subur.
Saat saat mengharukan peristiwa Thaif di kebun Kurma milik Syaibah, Nabi terduduk lesu istirahat karena luka-luka akibat lemparan batu-batu dari penduduk Thaif ditemani sahabat setianya Zaid bin Harisah RA, sementara di kejauhan terlihat pemilik kebun memerintahkan Adas (seorang nasrani, pekerja kebun), Syaibah (ia merasa iba terhadap Nabi SAW yang sedang istirahat), ia perintahkan Adas untuk memberikan seikat kurma dan minuman, ia juga berpesan jangan telalu dekat atau bicara karena khawatir terpengaruh sihirnya. Satu Ketika Nabi SAW memakan kurmanya, Nabi seraya membaca “Bismillahirahamnirahiim”
Adas terkejut, secara reflek Adas bertanya:”saya tidak pernah mendengar kata-kata tersebut dari masyarakat Arab, kalimat ini tidak umum dibaca kaum Anda kecuali dari kaum Nasrani dan Yahudi, siapa sejatinya Anda”?, Nabi bertanya balik; “siapa Anda, asal dari mana?” Jawab Adas; “nama saya Adas, dari Kota Ninawa”, lalu Nabi SAW berkata; “Kota dari seorang Nabi Yunus bin Matta?”, kaget Adas, ia bertanya: “Apa yang Anda tahu tentang Yunus bin Matta?” Nabi SAW berkata; Yunus dan Saya adalah sama-sama utusan Allah SWT ia diutus di Ninawa dan saya adalah utusan terakhir”. Seketika Adas memeluk tubuh Nabi SAW, dan menciumi kaki Nabi SAW. Sementara di kejauhan terlihat anak-anak Syaibah terlihat khawatir meminta Adas kembali, karena Adas terlihat akrab, lama berdialog dengan Nabi SAW, kekhawatirannya mereka terbukti karena Adas telah mempercayai dakwah Nabi SAW.

Secepat itu kah Adas mempercayai Nabi SAW hanya dengan ketemu sejenak di bawah pohon Kurma?.
Secara teori bahwa mengubah keyakinan perlu waktu yang panjang. seseorang harus menelaah, mendalam, merenungi dan mecocokkan sanad baik dalil logika dan naqli, tidak cukup dengan ngobrol di bawah pohon lalu berubah dan percaya. Adas juga menjumpai seluruh masyarakat Arab terutama di Thaif menolak Nabi SAW. Mereka mencaci, mengolok dan mengusir dengan lemparan batu-batu yang melukai sampai berdarah-darah. Seorang Adas mengambil jalan berbeda dari mayoritas masyarakat Arab saat itu.

Ada Apa Dengan Adas

Itulah pilihan Adas dan tidak ada yang salah karena itulah rahmat-Nya, yang memilih Adas sebagai orang saksi Nabi SAW pada awal dakwahnya di Thaif.

Kalimat Bismillah

Kalimat Bismillahirohmanirahiim menjadi kalimat *sangat penting* pintu masuk hidayah, kemudian cerita kisah Nabi Yunus bin Matta dari Ninawa menjadi penguat. Perlakuan masyarakat mengusir, mengolok-olok menjadi bukti nyata, seorang Adas percaya ia seorang Nabi dan Rasul. karena bisa merangkai cerita yang ada benang merahnya antara agama-agama terdahulu dengan ajaran yang menjadi pesan dakwah barunya. Kalimat *bismillah* telah menyentuh hati keyakinan paling kritis.
Padahal Nabi SAW adalah bukan orang Nasrani, ia tidak paham al Kitab, ia tidak pandai bercakap bahasa Ibrani, ia umi tidak sekolah agama.Tetapi semua pengetahuannya melebihi seorang rahib dan pendeta pada masa itu. Pemikiran kritis inilah yang menghasilkan satu penemuan sinyal kewahyuan. Orang yang terpilih lah akan menyambut hidayah-Nya, mereka dengan rahmat-Nya mampu menangkap sinyal-sinyal kewahyuan (kenabian).

Fenomena Al Mubasyirat

Mendekati 1500 tahun setelah Nabi SAW
wafat dan tidak ada wahyu turun kecuali *al-mubasyirat* atau mimpi yang baik. Nabi sendiri selalu menanyakan mimpi para Sahabat pada saat menjelang Subuh, siapa diantara sahabat-sahabat yang mimpi malam ini. Meskipun wahyu masih berjalan tetapi mimpi juga dapat dijadikan hujjah hukum, sejarah Azan menjadi bukti berasal dari mimpi salah satu sahabat.
Fenomena mimpi Muhammad Qasim bin Abdul Karim juga harus dikaji secara mendalam apa isi dan muatan dalam mimpinya, apakah ada keterkaitan dengan pesan ketauhidan sepanjang sejarah manusia, apakah mengandung ajaran kesesatan atau hanya cerita fiktif seseorang Muhammad Qasim.

Menolak Sebelum Mempelajari Isi Mimpi Qasim

Banyak yang menolak dan menuduh bahwa mimpi Qasim adalah rekaan fiktif belaka, karena ia bukan orang saleh dan alim dalam agama. Orang-orang yang menuduh baik dari kalangan ulama, cendekia dan tokoh belum membaca secara detail, menyeluruh isi mimpi dan pesan yang disampaikan.

Tuduhan Kepada Sifat Peribadi Seseirang

Alih-alih mempelajari mimpi orang tersebut justru menyerang empunya pemimpi. Tuduhannya diarahkan secara pribadi karena ia bukan ulama, bukan pribadi spiritual tinggi (tidak berjenggot, tidak bergamis, tidak pandai bahasa Arab, kurang beribadah), maka semua mimpinya dianggap cerita dari syaithan. Semua orang punya mimpi siapa pun, tidak terkait dengan apakah orang tersebut orang alim, saleh atau orang awam karena mimpi adalah anugrah Tuhan kepada mahluknya termasuk binatang. Hubungan antara mimpi yang benar adalah terkait kejujuran ucapan seseorang.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Menjelang akhir zaman, hampir tidak ada mimpi yang dilihat Muslim tidak akan menjadi kenyataan. Orang yang mimpinya paling jujur adalah orang yang ucapannya paling jujur. Mimpi Muslim merupakan salah satu dari empat puluh lima bagian Nubuat. Mimpi ada tiga jenis: mimpi baik yang merupakan kabar baik dari Allah; mimpi yang menyebabkan kesusahan, yang datang dari Syaitan; dan mimpi tentang hal-hal yang sedang dipikirkan seseorang… ”(HR. Muslim, 2263)

Belajar Dari Seorang Adas

Adas menjadi pelajaran, disaat masyarakat menjahui dan mengusir ia memperhatikan apa yang keluar dari ucapan Nabi SAW, ia hubungkan dengan ajaran-ajaran masa lalu apakah ada kesesuaian atau tidak dan hanya bertemu sebentar dan mendengar penjelasan Nabi, maka Adas langsung menciumi kaki sangat percaya bahwa ini adalah wahyu yang tidak terputus dari seluruh rangkaian utusan Allah SWT.

Lalu..

Akankah kita tidak mau mempelajari *al mubasyirat* yang sedang ramai di media sosial yang telah disampaikan oleh Muhammad Qasim bin Abdul Karim seorang yang jujur dalam ucapannya?
Pesan utamanya adalah menjahui shirik sebagai musuh utama umat manusia, meninggalkan perbuatan shirik harus dilakukan agar Allah SWT memberikan pertolongan.

Ayuu..

Telaah, pelajari karena banyak sekali pelajaran, ini bukan ajaran baru tapi menguatkan ajaran Rasulullah SAW, ini pesan moral di akhir zaman, setelah itu serahkan saja selanjutnya Allah SWT karena Allah SWT yang memberi hidayah, seperti sahabat Adas, raja Najasi, para sahabat pertama lainnya dalam dakwah Islam.
Wallahu ‘alam bissawab

Al Fakir

Advertisement MEWUJUDKAN KABUPATEN LUWU YANG MAJU SEJAHTERA DAN MANDIRI DALAM NUANSA RELIGI

Related Articles

Close