MENURUT PENELITIAN, orang-orang selingkuh karena alasan yang rumit. Berikut adalah beberapa alasan rumit yang dimaksud pakar:
1. Selingkuh bukan berarti tidak bahagia
Seseorang yang selingkuh dari pasangan sering dikaitkan dengan perasaan tidak bahagia dalam menjalani hubungan bersama pasangannya.
Namun, banyak ahli berkata lain. Meninjau pengalaman klinis, para ahli menemukan bahwa orang yang berselingkuh sebenarnya sedang “melarikan diri” dari masalah lain atau mencari jati diri.
“Bagi mereka yang mencari jati diri atau menghindari masalah lewat perselingkuhan, selingkuh cenderung menjadi tanda masalah,” ungkap psikoterapis Esther Perel di The Atlantic.
Diumpamakan oleh para peneliti, perselingkuhan seperti efek lampu jalan.
Di mana seorang pria mabuk mencari kuncinya yang hilang, tetapi dia mencari bukan di tempat di mana ia menjatuhkan kunci itu, melainkan di tempat yang terkena cahaya (efek lampu hijau) di jalan.
“Masalahnya adalah bahwa tidak seperti orang mabuk yang pencariannya sia-sia, kita selalu dapat menemukan masalah baru dalam pernikahan,” jelasnya.
Arti dari perumpamaan ini adalah kunci yang hilang ibarat jati diri, yang dicari di tempat orang lain dengan melakukan perselingkuhan. Bukannya menemukan jati diri, kebanyakan perselingkuhan justru mendatangkan masalah lain.
2. Tak berhubungan dengan penampilan atau kepribadian pasangan
Menurut survei yang dilakukan Victoria Milan – situs web untuk mengetahui orang-orang yang selingkuh – pria ataupun wanita yang selingkuh mengaku memiliki pasangan yang lebih menarik dibanding selingkuhannya.
Dari 4.000 pengguna situs, sebagian besar pria mengaku memiliki istri yang lebih menarik dan mumpuni dibanding simpanannya. Hanya 25 persen pria yang mengaku selingkuhannya lebih menarik.
3. Selingkuh itu tentang peluang (kesempatan)
Dalam sebuah survei anonim yang dilakukan MSNBC, semua orang yang sudah menikah bisa berselingkuh. Tak peduli berapa umurnya, apakah sudah memiliki anak atau belum, dan dari latar belakang apa.
Survei ini juga menemukan, sebagian besar pelaku perselingkuhan memiliki kesamaan, yakni mereka dihadapkan dengan godaan untuk berselingkuh.
Dalam penelitian yang terbit di The Journal of Sex Research, yang melibatkan 423 orang, penelitian menemukan bahwa pria dan wanita berselingkuh karena alasan oportunistik.
Alasan yang sering digunakan ketika kedapatan selingkuh adalah “saya digoda” atau “ada orang yang benar-benar ‘ada’ untuk saya”.
Hal inilah yang kemudian terjadi dan memicu orang tersebut berselingkuh. Sebab, ada kesempatan yang datang kepadanya.
4. Sifat alamiah sejak anak-anak
Ada bukti yang menyebutkan bahwa jika salah satu pasangan menunjukkan rasa takut untuk ditolak atau diabaikan, mereka justru cenderung dapat berselingkuh.
Hal itu sesuai dalam konteks Attachment Theory, dan beberapa penelitian lainnya juga telah mengonfirmasi bahwa gaya keterikatan individu yang terbentuk pada masa bayi dan anak-anak berdampak besar untuk hubungan cintanya di masa mendatang.
Seorang ilmuwan berkata, hal ini merupakan proses yang sebagian besar terjadi secara spontan dan tanpa usaha, dan mereka mungkin telah dibentuk oleh faktor biologis atau pengalaman anak usia dini.
–Bisakah perselingkuhan dicegah?
Tidak banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah pasangan Anda selingkuh, menurut ahli.
Strategi seperti mengendalikan perilaku pasangan, mengisolasi pasangan dari orang lain, memata-matai, menguntit, mengancam, manipulasi emosional, dan merendahkan pasangan, tidak akan membuat rumah tangga utuh.
Sebuah rumah tangga akan berhasil bila menekankan cinta dan kepedulian terhadap pasangan, menjadi pasangan yang baik, menjaga penampilan fisik dan juga perilaku yang dapat membuat pasangan bahagia dan sehat, terlepas dari ancaman perselingkuhan itu.
Hal yang sederhana, tetapi itulah cara terbaik untuk mencegah perselingkuhan. Adalah dengan melakukan apa yang akan dilakukan pasangan sehat lainnya.